Toleransi dalam bahasa Arab berarti
"tasamuh" atau "samahah". kemudian lafadh
"tasamuh" atau "samahah" diterjemahan ke dalam bahasa
Indonesia mempunyai beberapa arti, antara lain: murah hati, suka berderma,
ramah, suka memaafkan, lapang dada dan toleransi. (lihat kamus
Indonesa-Arab_Arab-Indonesa. Karya KH. Adib Bisri dan KH..Munawwir A.Fatah).
Dengan kata
lain toleransi adalah Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan,
kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan, Kelemah-lembutan karena
kemudahan, muka yang ceria karena kegembiraan, rendah diri di hadapan kaum
muslimin bukan karena kehinaan, mudah dalam bersosial (mu'amalah) tanpa
penipuan dan kelalaian, menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa
basa basi, terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada
rasa keberatan.
Adapun makna toleransi yang dimaksud di sini
bukanlah yang berarti mencampur-aduk ibadah keagamaan satu kepercayaan dengan
kepercayaan lainnya. Akan tetapi yang dimaksud "toleransi" adalah
menumbuhkan sikap memahami pihak lain, bukan membencinya dan menyuburkan serta
mengembangkan rasa kebersamaan, bukan malah menimbulkan perpecahan.
Rasullah SAW bersabda : "Sebaik-baik orang
adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan : Apa hati yang mahmum itu ?
Jawabnya : Adalah hati yang
bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada
rasa dengki'. Ditanyakan : Siapa
lagi (yang lebih baik) setelah itu ?. Jawabnya
: Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu ? Jawabnya : 'Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur".
Ruang Gerak Toleransi Toleransi dapat diterapkan
di semua bidang terkecuali bidang akidah dan ibadah. Allah berfirman dalam QS.
Al Kafirun: "Katakanlah (Muhammad): Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku".
Toleransi digunakan untuk memahami perbedaan yang ada bukanlah
untuk mencampurkan akidah – akidah yang ada dengan akidah agama yang lain.
Sikap toleransi memang sangat dijunjung tinggi oleh agama Islam tetapi semua
itu terdapat batasannya.
Toleransi beragama menurut Islam bukanlah
untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar
keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini
adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas
bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana
masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling
menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun
hak-haknya.
Toleransi menurut
Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara
lain:
- Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
- Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
- Kelemah lembutan karena kemudahan
- Muka yang ceria karena kegembiraan
- Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena
kehinaan
- Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa
penipuan dan kelalaian
- Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa
basa basi
- Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa
Ta'ala tanpa ada rasa keberatan.
Tolong-menolong
di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah
satu badan, dan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama
lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang
sangat kuat di dalam Islam.
Toleransi
beragama dapat diwujudkan dalam segala hal :
1.
Rasa saling menghormati dan menghargai
antar sesama umat manusia.
2.
Sikap saling tolong menolong antar
sesama umat , dan tidak mengenal agama , suku , ras ataupun budaya.
3.
Memahami setiap perbedaan. Karena pada
dasarnya perbedaan itu adalah indah .
Toleransi
dapat diterapkan dalam beberapa hal , misalnya :
a.
Toleransi Dalam Jual Beli
dan Hukum-Hukumnya
Allah swt berfirman :
"Dan Syu'aib berkata : 'Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka".[Hud:85]
Kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar yaitu hari
ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam ?" [Al-Muthaffifin :1-6]
Rasulullah saw bersabda:
"Allah telah mengampuni seorang lelaki dari kalangan umat sebelum kalian
dulu, dia mudah bila menjual, mudah bila membeli dan mudah bila
memutuskan" [Hadits Riwayat Tirmidzi 1320, Ahmad 3/340 dari hadits Jabir
Radliyallahu anhu]
“Sesunguhnya Allah
mencintai jual-beli dan keputusan yang mudah" [Hadits RiwayatTirmidzi]
b.
Toleransi Dalam Hutang Dan
Tagihan
Allah swt berfirman
:" Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka beri tangguhlah
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang itu)
labih baik bagimu, jika kamu mengetahui" [Al-Baqarah : 280]
Rasulullah saw bersabda:
"Dahulu ada seorang saudagar yang biasa menghutangi orang, bila dia
melihat orang yang kesukaran (dalam membayar hutang), maka dia memerintahkan
para pegawainya : "Ma'afkanlah dia mudah-mudahan Allah mema'afkan kita
!" Maka Allah-pun mema'afkan dia ..." [HR. Bukhari]
"Mudah-mudahan Allah merahmati lelaki
yang toleran bila menjual, membeli dan menagih" (Hadits Riwayat Imam
Bukhari 4/206 - Al-Fath)
c.
Toleransi Dalam Penerapan
Hukum
Allah swt berfrman : "Mereka bertanya
kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:
Yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
supayakamu berfikir" (QS. Al Baqarah).
d.
Toleransi Dalam Memeluk
Agama
Allah swt berfirman
:"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang
orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek" (QS. Al kahfi:29).
e.
Toleransi Dalam Bernegara
& Bermasyarakat
Dalam hal ini telah
dicontohkan oleh Rasulullah pada awal-awal berdirinya "Daulah
Islamiyah". Di mana saat itu belau membuat peraturan yang sama sekali
tidak membedakan antara masyarakat satu dengan lainnya (Muslim & Yahudi).
Orang-orang Yahudi saat itu bisa hidup bebas sesuai dengan ajaran dan
keyakinannya bahkan mereka yang kurang mampu mendapat santunan dari negara yang
diambilkan dari "Baitu Maal Muslimin". Hanya saja di kemudian hari
merea (Yahudi) melanggar peraturan-peraturan yang telah dsepaati bersama tadi
bahan menentangnya dan emudian merea bergabung dengan orang-orang musyriin untuk
memusuhi kaum Muslimin. Di mana hal tersebut merupaan sebab awal terjadinya
peperangan antara kaum Muslimin dan Musyriin / afir. (lihat Al Sirah al
Nabawiyah al Athirah. Dr. Abd. Hamid al Shaid al Zantany).
Adab Bergaul Dengan Orang yang Memiliki keyakinan berbeda
…
1.
Seorang muslim haruslah
berkeyakinan bahwa islam adalah satu – satunya agama Allah yang benar , dengan
prinsip tersebut maka tidak boleh mencampur adukkan antara yang hak dengan yang
batil , ritual agama Islam dengan agama yang lain.
2.
Seorang muslim haruslah
mewujudkan kasih sayang kepada seluruh alam termasuk kepada mereka yang
berlainan keyakinan, dengan kasih sayang ini seorang Muslim dituntut untuk
senantiasa berperilaku lebih menyuarakan kedamaian dan perdamaian dalam
kehidupan sehari – hari.
3.
Berbicara dengan cara yang baik
dan adil, artinya semua pembicaraan yang tidak menyinggung perbedaan agama
disikapi tanpa harus memihak kepada Muslim, sedangkan bagian yang menyentuh
sisi agama harus diungkapkan argumen – argumen yang baik tidak dengan
kecurigaan dan permusuhan.
4.
Seorang muslim yang baik, tidak
dibenarkan menyinggung seraya menghina ajaran – ajaran dari yang berbeda.
5.
Bergaulah dengan penuh
keteladanan , supaya hati mereka tersentuh dengan ajaran – ajaran Islam yang
merupakan agama Fitrah.
6.
Memahami perbedaan pandangan
dengan tegas, sehingga tidak memancing permasalahan untuk hal – hal yang tidak
perlu.
7.
Memberikan kebebasan bagi
seseorang yang memiliki keyakinan yang berbeda untuk melaksanakan ajaran
agamanya secara wajar dan proposional.
8.
Mengadakan konsensus dalam satu
kesamaan. Artinya tidak memancing perbedaan dalam hal yang sudah disepakati,
seorang Muslim sama sekali tidak diperbolahkan merasa bersalah karena tidak
berkunjung pada acara / upacara ritual mereka dan sebaliknya tidak boleh risih
melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim.
9.
Memberi peluang maaf selebar –
lebarnya hanya dalam hubungan yang bersifat muamalah
10.
Jika kita mempunyai tetangga yang
berbeda keyakinan , jadilah sebagai orang yang mengetahui. Contoh jika tetangga
kita tersebut sedang sakit maka kita merupakan orang pertama yang menjenguknya.
PENUTUP
Islam tidak meridhoi kebathilan fanatisme dan perbedaan ras
yang mengukur keutamaan dan kebenaran dengan darah fanatisme dan tanah. Thagut
itu benar-benar ada pada syari'at jahiliyah, oleh sebab itu, Islam
menghinakannya karena mencekik kemulian insan. Dengan demikian, Islam telah
menghidupkan hati dan memakmurkannya dengan iman yang benar dan mengusungnya
kepada kebajikan, petunjuk dan keadilan. serta menghapus perbedaan jenis,
bahasa, ras, nasab dan harta benda, menjadikan segenap keutamaan dan kemuliaan
untuk ketaqwaan yang merupakan mata air sikap toleransi, puncak tertinggi dan
muara keistimewaan dan kelebihannya.
Toleransi dapat memperluas ruang dan memperkecil jarak
antarsesama kita, siapapun kita. Karena toleransi, sesama kita bisa berbincang
dan bercakap dengan rileks, dan juga serius, tanpa mau tahu anda beragama apa
atau beretnis apa?
Toleransi dapat menghapus tirai yang menyekat kita. Toleransi
merubuhkan dinding yang membatasi kita. ketika tirai sudah tersingkap dan dinding
telah rubuh, masing-masing kita adalah kita dengan identitas dan simbol
masing-masing, tetapi kini tanpa sekat dan tanpa batas. Tak usah takut
bertoleransi, karena toleransi tidak akan membuat kita kafir. Tak usah khawatir
bertoleransi, karena toleransi berbeda sama sekali dengan konversi (pindah)
agama. Juga toleransi bukan murtad dari agama.
Toleransi adalah ruang di mana agama saling menyapa melalui
umat masing-masing. Toleransi menciptakan suasana agama dan umatnya merasa satu
umat dengan hanya Satu Tuhan.
Allah Ta'ala berfirman: "Wahai sekalian manusia !
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kamu
adalah orang-orang yang paling bertawqa di antara kamu. Sesunguhnya Allah Maha
Mengatahui dan MahaMengenal"[Al-Hujurat13]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar